Luluk Discourse in Patanda Kadupipi Ceremony of the Kambera Society

Restisary Nduka, NFN Suhandano

Abstract


Luluk discourse is one of the linguistic elements used to communicate in traditional wedding ceremonies by the Kambera society. This study aims to analyze the structure of luluk discourse and explain its linguistic characteristics. This research uses the ethnographic study of communication with a qualitative descriptive method. The results revealed that the structure of luluk discourse in the patanda kadupipi stage was arranged in two dialog sessions, in the first session discussing the yelling to kandihang, discussion of customary fines, discussion of dates, discussion of offerings, and in the end closing the first session. Furthermore, the second session comprises the yelling to kandihang, date agreement, negotiation of offerings, and agreement on the amount of offerings. Luluk discourse has literary discourse characteristics consisting of language style, ritual language, and rhythmic language.

 

Abstrak


Wacana luluk merupakan salah satu unsur kebahasanan yang digunakan untuk berkomunikasi dalam upacara pernikahan adat oleh masyarakat Kambera. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis struktur wacana luluk dan menjelaskan karakteristik kebahasaannya. Penelitian ini menggunakan kajian etnografi komunikasi dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa struktur wacana luluk dalam tahapan patanda kadupipi tersusun dua sesi dialog. Sesi pertama membahas penyahutan kandihang, denda adat, tanggal, seserahan, penutupan sesi pertama. Selanjutnya pada sesi kedua tersusun atas penyahutan kandihang, kesepakatan tanggal, negosiasi seserahan, dan jumlah seserahan. Wacana luluk memiliki karakteristik wacana literer yang terdiri dari gaya bahasa, bahasa ritual, dan bahasa berirama.



Keywords


ceremony; discourse; Kambera; luluk; patanda kadupipi

Full Text:

PDF

References


Anwari. (2017). Tindak Tutur dalam Upacara Pernikahan Masyarakat Madura di Desa Kalidandan, Pakuniran, Probolinggo: Kajian Pragmatik. Linguistika, Universitas Udayana, 24(47), 203–220.

Baryadi. (2002). Dasar-Dasar Analisis Wacana dalam Bahasa. Pustaka Ganda Suli.

Fadhila, H., & Hartono, B. (2022). Analisis Struktur dan Ciri Kebahasaan Wacana Tajuk Rencana pada Harian Kompas dan Suara Merdeka Edisi Februari 2021. Jurnal Sastra Indonesia, 7(3), 27–34. https://doi.org/10.15294/jsi.v11i1.50795

Foley, W. (1997). Anthropological Linguistics: An Introduction. In Language (ol. 46, Issue 1, p. 229). https://doi.org/10.2307/412430

Foucault, M. (1972). The Archeology of Knowledge and The Discourse on Language. Tavistock Publication.

Fox, J. (1986). Bahasa Sastra dan Sejarah: Kumpulan Karangan Mengenai Masyarakat Pulau Roti. Djambatan.

Hermaliza, E. T. (2021). Analisis Konteks Wacana dalam Buku Kumpulan Cerita Rakyat Daerah Se-Provinsi Riau. J-LELC: Journal of Language Education, Linguistics, and Culture, 1(1), 67–72. https://doi.org/10.25299/j-lelc.2021.6155

Hymes, D. (1974). Foundation in Sociolinguistics. An Ethnographic Approach. Routledge.

Jamaludin et al. (2013). Analisis Bentuk Fungsi dan Makna Lelakaq dalam Acara Sorong Serah pada Ritual Pernikahan Adat Sasak. e-Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Genesha: Vol.II(1).

Kapita, O. H. (1988). “Agama Marapu di Pulau Sumba". Panitia Penerbit Naskah-Naskah Kebudayaan Daerah Sumba, Dewan Penata Layanan Gereja Kristen Sumba, Waingapu, 1933, 259–260.

Keraf, G. (2010). Diksi dan Gaya Bahasa. Gramedia Pustaka Utama.

Kurniasari, P. (2020). Analisis Gaya Bahasa pada Wacana Panyandra dalam Rangkaian Upacara Pernikahan Adat Jawa. Universitas Gadjah Mada.

Lela Nurfarida, D. T. (2017). Deskripsi Wacana Humor dalam Upacara Adat Pernikahan sebagai Wujud Pelestarian Tradisi Lisan di Masyarakat. Jurnal Membaca Bahasa & Sastra Indonesia, 2(2), 127–138.

Mills, Sara. (1994). Discourse. Routledge.

Moleong, L. J. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, M. (2018). Wacana Seremonial Pidato dalam Upacara Perkawinan Adat Jawa (Speech Ceremonial Discourse in The Javanese Tradition Wedding Ceremony). Sirok Bastra, 6(2). https://doi.org/10.37671/sb.v6i2.129

Nurjaya, E., Rasna, I. W., & Putu Sriasih, S. A. (2020). Tindak Tutur Upacara Pernikahan di Desa Golo Ndeweng Kajian Linguistik Antropologi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 10(2), 67–75. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPBS/article/view/29129

Pahlufianti, Y., & Suhandano, S. (2022). Peristiwa Tutur Upacara Pulang-Memulangkan Adat Melayu Sambas. Lingua Susastra, 3(1), 1–10. https://doi.org/10.24036/ls.v3i1.73

Pradopo, R. J. (1994). Teori Penelitian Sastra. IKIP Muhammadiyah.

Pratama, N. (2021). Wacana Upacara Bajadi: Pandangan Masyarakat Dayak Tomun Lamandau Mengenai Pernikahan.

Raru, G. (2016). Tuturan Ritual Hambor Haju pada Masyarakat Manggarai: Sebuah Kajian Linguistik Kebudayaan. Paradigma, Jurnal Kajian Budaya, 6(1), 28. https://doi.org/10.17510/paradigma.v6i1.79

Slembrouck, S. (2009). What is Meant by Discourse Analysis. Ghent University.

Suwondo. (1978). Sejarah Daerah Nusa Tenggara Timur. Lokabasa, 7(1), 94. https://doi.org/10.17509/jlb.v7i1.3425

Suyanto, B. (2004). Peristiwa Tutur dalam Upacara Ritual Masyarakat Tengger: Kajian Linguistik dengan Pendekatan Interdisipliner. Universitas Gadjah Mada.




DOI: https://doi.org/10.26499/surbet.v18i2.14226

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

  Laman Bahasa Ristekdikti Creative Commons License 

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.