Cities in Kalimantan in the Short Story “Kota-kota Air Membelakangi Air” by Raudal Tanjung Banua
Abstract
The city and its people are not free from the problems that surround them. Moreover, for cities that depend a lot for their continuity and life on nature, for example, the water sector. As time progresses, these cities often begin to abandon the way of life they have lived for a long time. Such a picture is depicted in the short “Kota-Kota Air Membelakangi Air” (The water cities are rejecting the water) by Raudal Tanjung Banua. These various problems certainly did not arise suddenly without a reason behind them. This article tries to look at the picture of cities in Kalimantan, past and present, which seem to have changed a lot. To uncover this problem, the author uses a literary sociology approach and the theory of social change. The analysis carried out is based on the interpretation of the objectives, which is then supported by various related references. The results show that there have been social changes in people's lives in various cities in Kalimantan. The majority of people live in the water sector. As a result, cities in Kalimantan that used to live in the water sector began to recede and die. An indication that there has been social and cultural change in society in various cities in Kalimantan. This is caused by various factors, such as modernization and industrialization, which have a direct impact on changes in the physical environment, changes in population, attitudes and values, and needs that are deemed necessary.
Abstract
Kota beserta masyarakatnya tidak lepas dari problematika yang melingkupinya. Terlebih, bagi kota-kota yang banyak menggantungkan kelangsungan dan kehidupannya terhadap alam, misalnya sektor perairan. Seiring perkembangan zaman, kota-kota tersebut acap mulai meninggalkan cara hidup yang telah dijalani sejak lama. Gambaran yang demikian terpotret dalam cerpen “Kota-Kota Air Membelakangi Air” karya Raudal Tanjung Banua. Berbagai persoalan tersebut pastinya tidak lahir secara serta-merta tanpa ada suatu sebab yang melatarbelakanginya. Tulisan ini mencoba melihat gambaran kota-kota di Kalimantan dulu dan sekarang yang tampak jauh telah berubah. Untuk mengungkap masalah tersebut, penulis menggunakan pendekatan sosiologi sastra dan teori perubahan sosial. Analisis yang dilakukan didasarkan pada interpretasi objektif, kemudian didukung oleh berbagai referensi terkait. Hasilnya menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran dan perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat di berbagai kota di Kalimantan. Mayoritas masyarakat meninggalkan kehidupan dari sektor perairan. Alhasil, kota-kota di Kalimantan yang dulunya hidup dari sektor perairan mulai surut dan padam. Suatu indikasi bahwasanya telah terjadi perubahan sosial dan budaya masyarakat di berbagai kota di Kalimantan. Hal tersebut diakibatkan oleh berbagai faktor, seperti modernisasi dan industrialisasi yang berakibat langsung terhadap perubahan lingkungan fisik, perubahan penduduk, sikap dan nilai-nilai, serta kebutuhan yang dianggap perlu.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Albrecht, M. C. (1954). The Relationship of Literature and Society. American Journal of Sociology, 59(5), 425–436. https://doi.org/10.1086/221388
Ardy, T., & Poerbantanoe, B. (2014). Pasar Terapung di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Jurnal EDimensi Arsitektur, 2(1), 336–342. https://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/984711
Asriani, L. (2016). Masalah-Masalah Sosial Dalam Novel dari Subuh Hingga Malam: Perjalanan Seorang Putra Minang Mencari Jalan Kebenaran Karya Abdul Wadud Karim Amrullah. Jurnal Bastra, 1(1), 1–19. http://ojs.uho.ac.id/index.php/BASTRA/article/view/1052
Banua, R. T. (2012). Kota-Kota Air Membelakangi Air. Ruang Sastra. https://ruangsastra.com/23369/kota-kota-air-membelakangi-air/
Basundoro, P. (2001). Industrialisasi, Perkembngan Kota, dan Respons Masyarakat: Studi Kasus Kota Gresik. Humaniora, 13(2).
Clarissa, E. R., & Kwanda, T. (2018). Pasar Terapung di Banjarmasin. Jurnal EDimensi Arsitektur, 6(1), 865–872.
https://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/984711
Damono, S. D. (1978). Sosiologi Sastra. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Goenmiandari, B., Silas, J., & Rimadewi, S. (2010). Konsep Penataan Permukiman Bantaran Sungai di Kota Banjarmasin berdasarkan Budaya Setempat. Seminar Nasional Perumahan Permukiman Dalam Pembangunan Kota, 1–14.
Horton, P. B., & Hunt, C. L. (1992). Horton, Paul B Hunt, Chester L. Penerbit Erlangga.
Hutasoit, W. L. (2018). Analisa Pemindahan Ibukota Negara. Dedikasi: Jurnal Ilmiah Sosial, Hukum, Budaya, 19(2), 108–128.
Jannah, N. (2021). Pesona Kearifan Lokal Pasar Terapung Banjarmasin. Prosiding Pekan Sejarah, 340–342. https://journal.fkipunlam.ac.id/index.php/pps/article/view/270
Kartikasari, R., Anoegrajekti, N., & Maslikatin, T. (2014). Realitas Sosial dan Representasi Fiksimini Dalam Tinjauan Sosiologi Sastra. Publika Budaya: Jurnal Ilmu Budaya Dan Media, 2(1), 50–57.
Kasih, W. C. (2019). Religi Pada Islamic Center Kalimantan Timur Di Kota Samarinda. EJournal Administrasi Bisnis, 7(4), 424–437. https://doi.org/10.54144/jadbis.v7i4.2748
Kurniawan, Y., & Indiarama, V. (2020). Hantu Pontianak Daripada Pendekatan Agama dan Sosiobudaya di Indonesia. Insaniah: Online Journal of Language, Communication, and Humanities, 3(1), 1–11.
Matnuh, H., Ruchliyadi, D. A., & Nugroho, D. A. (2022). Optimalisasi Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sungai di Kelurahan Sungai Miai Kecamatan Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin. Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(1), 64. https://doi.org/10.20527/btjpm.v4i1.3905
Matondang, A. (2019). Dampak Modernisasi Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat. Wahana Inovasi, 8(2).
Niman, E. M. (2019). Kearifan Lokal Dan Upaya Pelestarian Lingkungan Alam. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan Missio, 11(1), 91–106. https://doi.org/10.36928/jpkm.v11i1.139
Normelani, E., Kumalawati, R., Kartika, N. Y., Nugroho, A. R., Riadi, S., & Efendi, M. (2020). Program Kampung Iklim (Tinjauan Persepsi Masyarakat Kota Banjarmasin). In Lambung Mangkurat University Press. Lambung Mangkurat University Press. https://ditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/resources/proklim/P.84.pdf
Novrianti. (2016). Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah. Media Ilmiah Teknik Lingkungan, 1(2), 35–39. https://doi.org/10.33084/mitl.v1i2.144
Putro, H. P. N. (2015). Revitalisasi Nilai-Nilai Transportasi Tradisional dalam Pembelajaran IPS di Kalimantan Selatan. KONASPIPSI III, 151–158.
Ratna, N. K. (2008). Postkolonialisme Indonesia. Pustaka Pelajar.
Riana, D. R. (2020). Wajah Pasar Terapung Sebagai Ikon Wisata Banjarmasin, Kalimantan Selatan dalam Sastra. UNDAS: Jurnal Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra, 16(2), 231. https://doi.org/10.26499/und.v16i2.2808
Rosana, E. (2015). Modernisasi Dalam Perspektif Perubahan Sosial. Al-Adyan: Jurnal Studi Lintas Agama, 10(1), 67–82.
Ruslan, I. (2014). Perubahan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Akibat Perkebunan Kelapa Sawit. Al-Maslahah: Jurnal Ilmu Syariah, 9(2), 32. https://doi.org/10.24260/almaslahah.v9i2.685
Samsir. (2018). Masuk dan Berkembangnya Islam di Kerajaan Kutai Kartanegara. Ri’ayah: Jurnal Sosial Dan Keagamaan, 3(2), 30. https://doi.org/10.32332/riayah.v3i02.1318
Saputri, P. A., Sulistyowati, D. E., & Hanum, I. S. (2020). Asal-Usul Nama Kecamatan di Kota Samarinda Tinjauan Antropolinguistik. Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, Dan Budaya, 4(2), 188–200.
Saraswati, M. K., & Adi, E. A. W. (2022). Pemindahan Ibu Kota Negara Ke Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan Analisis SWOT. JISIP: Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan, 6(2), 4042–4052. https://doi.org/10.58258/jisip.v6i2.3086
Savitri, R., & Ekomadyo, A. S. (2021). Genius Loci Permukiman Bansir Laut di Kota Pontianak. Jurnal Tiarsie, 18(1), 2623–2391.
Siska, Y. H., Anwari, M. S., & Yani, A. (2020). Keanekaragaman Jenis Ikan Air Tawar Di Sungai Kepari Dan Sungai Emperas Desa Kepari Kecamatan Sungai Laur Kabupaten Ketapang. Jurnal Hutan Lestari, 8(2), 299–309. https://doi.org/10.26418/jhl.v8i2.39827
Sugiarto, S. R., & Martini, L. A. R. (2022). Marginalisasi dan Refleksi Sosial dalam Tiga Cerpen Kuntowijoyo: Kajian Sosiologi Sastra Marxis. Jurnal Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa Dan Sastra, 17(3), 2022.
Sulistiyanto, Rieley, J., & Limin. (2005). Laju Dekomposisi dan Pelepasan Hara dari Serasah pada Dua Sub-Tipe Hutan Rawa Gambut di Kalimantan Tengah. Jurnal Manajemen Hutan Tropika, 11(2), 1–14.
Supriyati, W., Prayitno, T. A., Sumardi, & Marsoem, S. N. (2015). Kerifan Lokal Penggunaan Kayu Gelam dalam Tanah Rawa Gambut di Kalimantan Tengah. Jurnal Manusia Dan Lingkungan, 22(1), 94. https://doi.org/10.22146/jml.18729
Tangkuman, D. J., & Tondobala, L. (2011). Arsitektur Tepi Air (Waterfront Architecture). Media Matrasain, 8(2), 40–54. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmm/article/view/325
Taum, Y. Y. (1997). Pengantar Teori Sastra. Penerbit Nusa Indah.
Teniwut, M. (2023). Kondisi Geografis Pulau Kalimantan Berdasarkan Peta. Media Indonesia.
https://mediaindonesia.com/humaniora/565963/kondisi-geografis-pulau-kalimantan-berdasarkan-peta
Yulianto, A. (2016). Pemaknaan Simbol Dalam Mitos Asal-Usul Nama Banjarmasin Sebuah Analisis Strukturalisme Levi Strauss. UNDAS: Jurnal Hasil Penelitian Bahasa Dan Sastra, 12(1), 35. https://doi.org/10.26499/und.v12i1.547
DOI: https://doi.org/10.26499/surbet.v18i2.14229
Refbacks
- There are currently no refbacks.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.