Perbandingan Cerita Rakyat "Terjadinya Bukit Tangkiling" dan "Tangkuban Perahu": Sebuah Pendekatan Struktural

NFN Kambang

Abstract


This paper aims to compare two folklores, Terjadinya Bukit Tangkiling and Tangkuban Perahu, based on structuralism. These folktale come from two different area. The story of Bukit Tangkiling from the area of Central Kalimantan and Tangkuban Perahu from West Java. These folklores tell the story of a central character who runs away from home as a result of being hit by his mother. That character then grows up and eventually falls in love with his own biological mother. The aim of this writing is to compare Bukit Tangkiling and Tangkupan Perahu in order to reveal who is the first to quote or transform from these two stories. The method used is a qualitative method. The analysis is to reveal the differences and similarities of the central figures in those folklores. The writer found that those stories contain several similarities and events: names of characters, settings, plot and subthemes.


Abstrak


Tulisan ini bertujuan membandingkan cerita rakyat “Terjadinya Bukit Tangkiling” dan “Tangkuban Perahu” dengan pendekatan strukturalisme. Dua cerita rakyat tersebut berasal dari daerah yang berbeda. “Bukit Tangkiling” dari Kalimantan Tengah dan “Tangkuban Perahu” dari Jawa Barat. Dua cerita rakyat itu sama-sama mengisahkan tokoh sentral yang lari dari rumah akibat kepalanya dipukul oleh ibunya. Setelah tumbuh dewasa, tokoh sentral itu jatuh cinta kepada ibu kandungnya sendiri. Dari penulisan ini diharapkan diketahui cerita apa yang mengungkapkan kutipan terlebih dahulu atau mentransformasikan jalan cerita. Metode penulisan ini adalah metode kualitatif. Analisis dilakukan untuk mengungkap perbedaan dan persamaan melalui tokoh sentral yang ada di dalam cerita rakyat tersebut. Penulis menyimpulkan bahwa terdapat beberapa persamaan peristiwa, seperti nama tokoh, latar, alur, dan subtema.

 


Keywords


contrastive analysis; structuralism; Terjadinya Bukit Tangkiling; Tangkuban Perahu

Full Text:

PDF

References


Aminuddin. (2000). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Aglesindo.

Arikunto, S. (1990). Metode Penelitian. Bandung: Angkasa.

Azwar, S. (1999). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Jakarta: Badan Bahasa.

Bahri, S. (2018). Perbandingan Cerita Rakyat Sasak dan Samawa: Upaya Memahami Masyarakat Sasak dan Samawa. Mabasan, 12(2), 167-184.

https://doi.org/10.26499/mab.v12i2.58

Danandjaja, J. (1997). Folklor Indonesia: Ilmu gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Endraswara, S. (2008). Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media Pressindo.

Kurnianto, E. A. (2016). Dua Cerita Rakyat dalam Perbandingan. Mlangun, 12(2), 533-546.

Nahan, A. F. (2002). Kumpulan Folklore Kalimantan Tengah. Palangka Raya: Tanpa penerbit.

Nurgiyantoro, B. (1995). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rahman, F. (2018). Perbandingan Legenda Ciung Wanara dengan Cindelaras serta Kajian Budaya Lokal. Metasastra, 11(1), 31-44.

https://doi.org/10.26610/metasastra.2018.v11i1.31-44

Ratna, N. K. (2004). Teori, Metode, dan Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sambangsari, S. (2008). Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara. Jakarta: Wahyu Media.

Semi, A. (1993). Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

Wellek, R., & Warren, A. (1995). Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.




DOI: https://doi.org/10.26499/surbet.v16i1.240

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

  Laman Bahasa Ristekdikti Creative Commons License 

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.