The Delang Isolect: A Synchronic Description on Its Phonemic System, Retention, and Innovation

Ralph Hery Budhiono

Abstract


Problem to be discussed in the research is how does the phonemic system of the Delang and its retention and innovation to be compared with its proto Austronesia (PAN). This research is aimed to identify the character of the Delang descriptively, out from its status either as an independent language or just a dialect or subdialect of a certain language. The research hopefully can give more knowledge contributions especially for the speaker and the community at large. This is a descriptive research with synchronic-qualitative approach. The data will be 200 basic lexicons from Swadesh that is compiled by the language mapping team of Balai Bahasa Kalimantan Tengah in 2019. The analysis is started from the description of the Delang phonemic system. The phonemic retention and innovation come from comparing the lexicons with its Blust ‘s PAN. Based on the analysis the writer underlined some conclusions. The isolect has 5 vowels and 18 consonants. Some protophonemes, like *a and *u in certain positions, are maintained, while some other phonemes are innovated or substituted. Some secondary innovations found, namely prothesis, syncope, metathesis, aphaeresis, and fortition.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi isolek Delang secara lebih mendalam, terlepas dari statusnya sebagai bahasa mandiri atau dialek dari bahasa lain. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada penutur isolek Delang khususnya dan masyarakat pada umumnya terkait dengan sistem, pemertahanan, dan inovasi fonemik dalam isolek itu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah deskriptif dengan pendekatan sinkronis-kualitatif. Data yang merupakan 200 kata dasar Swadesh dikumpulkan tahun 2019 oleh tim pemetaan Balai Bahasa Kalimantan Tengah dan berupa data mentah yang belum ditranskripsikan. Analisis dimulai dari deskripsi sistem fonemis isolek itu. Retensi dan inovasi fonemik didapatkan dari perbandingan antara 200 kosakata dasar isolek itu dan PAN versi Blust. Berdasarkan analisis diperoleh beberapa simpulan. Isolek Delang memiliki 5 vokal dan 18 konsonan. Beberapa fonem proto, seperti *a dan *u, pada posisi tertentu  dipertahankan, sedangkan fonem lain diinovasikan atau diubah. Inovasi sekunder yang didapatkan ialah protesis, sinkope, metatesis, afaeresis, dan fortisi.


Keywords


innovation; phonemic system; proto-Austronesia (PAN); retention; Delang isolect

Full Text:

PDF

References


Antono, A. et. al. (2019). Pemertahanan Fonologis dan Leksikal Bahasa Jawa di Kabupaten Wonogiri: Kajian Geografi Dialek. Jurnal Sastra Indonesia, 8(1), 23-32.

https://doi.org/10.15294/jsi.v8i1.29854

Aqromi, N. L., & Hendrawan, F. (2019). Bahasa Tidung di Kalimantan Utara: Sebuah Tinjauan dari Perspektif Diakronis. Kembara, 4(2), 200-207.

https://doi.org/10.22219/KEMBARA.Vol4.No2.200-207

Astonis, S. S. et. al. (n.d.). Afiksasi Bahasa Dayak Kanayatn dalam Kitab Papakatn Barahu. http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1562540&val=2338&title=

Azhar, I. N. (2010). Jejak Proto Bahasa Austronesia pada Bahasa Madura. Metalingua, 8(1).

Blust, R. A. (1981). Variation in Retention Rate among Austronesian Languages. The 3rd International Conference Austronesia Linguistics.

Blust, R. A. (1999). Subgrouping, circularity and extinction: Some issues in Austronesian comparative linguistics. In E. Zeitoun & P. J. Li (Eds.), The 8th International Conference on Austronesian Linguistics. Academica Sinica. https://abvd.shh.mpg.de/austronesian/language.php?id=280

Bynon, T. (1971). Historical Linguistics. Cambridge: Cambridge University Press.

Collins, J. T. (2005). Bahasa Melayu Bahasa Dunia. Jakarta: Obor.

Crowley, T. (1992). An Introduction to Historical Linguistics (1st ed.). Oxford: Oxford University Press.

Hasrah, M. T. et al. (2013). Inovasi dan Retensi dalam Dialek Hulu Tembeling. Gema Online, 13(3), 211-222.

Masrukhi, M. (2002). Refelksi Fonologis Protobahasa Austronesia pada Bahasa Lubu. Humaniora, 14(1), 86-93.

Moleong, L. J. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Poerwadi, P. (1994). Analisis Leksikostatistik terhadap Bahasa-Bahasa di Kalimantan Tengah. Palangka Raya: Laporan penelitian.

Rinah, N. J. (2010). Hubungan Kekerabatan Bahasa Malagasy dan Bahasa Maanyan [Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta]. https://core.ac.uk/download/pdf/12349308.pdf

Sudaryanto. (2015). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata Darma University Press.

Tiani, R. (2018). Korespondensi Fonemis Bahasa Palembang dan Bahasa Riau. Nusa, 13(3), 397-404.

https://doi.org/10.14710/nusa.13.3.397-404

Toha, M. (2016). Retensi dan Inovasi Fonologis Protobahasa Melayik pada Bahasa Melayu Tamiang. Ranah, 5(1), 87-100.

https://doi.org/10.26499/rnh.v5i1.40




DOI: https://doi.org/10.26499/surbet.v16i2.281

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

  Laman Bahasa Ristekdikti Creative Commons License 

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.