Tradisi Buru Babi Masyarakat Minangkabau: Proses, Makna, dan Drama Sosial

Eva Yenita Syam

Abstract


Pig hunting in Minangkabau is a rite of passage which is carried out in a gradual ritual process. The rite of pig hunting is a sign that involves various social aspects of the community, including economy, religion, and culture. There are two questions to be answered in this research. Firstly, what is the meaning of the rite in the society and, secondly, how does the community's traditional pig hunting construct a social drama. To answer those questions, the author uses Victor Turner's ritual theory and Max Weber's theory of social drama. The results of this study indicate two main things. First, the pig hunting, which was originally an attempt to eliminate pests, later developed into a social drama. The rite of hunting as a social drama has four functions, namely (1) eliminating conflict; (2) limiting divisions and building community solidarity; (3) unites two opposing principles; and (4) provides new strength and motivation to live in everyday society. Second, as a social drama, the tradition forms a social construction. In this social process, there are four phases of social drama, (1) violation of social norms which invites the community to unite in eradicating pests; (2) wild pests pose a real threat, which can make the life of the farming community miserable (crisis) so that the community unites and holds various ceremonies to prepare for the implementation of hunting; (3) crisis recovery measures by carrying out a pig hunting ceremony; and (4) returns society with its entire social order to a normal situation.

Abstrak

Buru babi dalam masyarakat Minangkabau merupakan sebuah ritus yang dilaksanakan dalam sebuah proses ritual yang bertahap. Ritus buru babi menjadi sebuah penanda yang melibatkan berbagai aspek sosial masyarakat Minangkabau, termasuk ekonomi, religi, dan budaya. Ada dua pertanyaan yang hendak dijawab di dalam penelitian ini. Pertama, apa makna ritus buru babi dalam masyarakat Minangkabau dan bagaimana konstruksi sosial dari proses ritual tradisi buru babi sebagai sebuah drama sosial? Untuk menjawab kedua pertanyaan tersebut, penulis menggunakan teori ritual Victor Turner dan teori drama sosial Max Weber. Hasi penelitian ini menunjukkan dua hal pokok. Pertama, peristiwa buru babi yang awalnya hanya merupakan upaya para petani menghilangkan hama tanaman  berkembang menjadi sebuah drama sosial. Ritus buru babi sebagai drama sosial ternyata memiliki empat fungsi, yaitu (1) menghilangkan konflik; (2) membatasi perpecahan dan membangun solidaritas masyarakat; (3) mempersatukan dua prinsip yang bertentangan; dan (4) memberikan kekuatan dan motivasi baru untuk hidup dalam masyarakat sehari-hari. Kedua, sebagai drama sosial, tradisi buru babi membentuk sebuah konstruksi sosial. Di dalam proses sosial itu terdapat empat fase drama sosial yang terdiri atas (1) pelanggaran norma sosial oleh hama yang mengundang masyarakat untuk bersatu melakukan pembasmian; (2) hama babi mendatangkan ancaman yang nyata yang dapat menyengsarakan kehidupan masyarakat petani (krisis) sehingga masyarakat bersatu dan mengadakan berbagai upacara persiapan pelaksanaan berburu; (3) tindakan pemulihan krisis dengan melaksanakan upacara berburu babi; dan (4) mengembalikan masyarakat dengan seluruh tatanan sosialnya ke situasi normal.


Keywords


crisis; norms; oral tradition; social construction; social drama

Full Text:

PDF

References


Abdullah, Imran T. (1991). Hikayat Meukuta Alam: Suntingan Teks dan Terjemahan Beserta Telaah Struktur dan Resepsi. Jakarta: PT Intermasa.

Abdullah, T. (1966). "Adat and Islam: An Examination of Conflict In Minangkabau", Jurnal Indonesia, No. 2, Oktober 1966.

https://doi.org/10.2307/3350753

Abdullah, Taufik. (1983). "Remaja Minangkabau di Perantauan sebagai Gejala Kultural", dalam A.A. Navis (ed.), Dialektika Minangkabau dalam Kemelut Sosial dan Politik, Padang: Genta Singgalang Press, 1983, 144-154.

Amir, M.S.(2001). Adat Minangkabau, Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang, Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya.

Ansari, Isa. (2019). Drama Sosial Victor Witer Turner: Penelusuran Basis Epistemologis dan Paradigma. Laporan Penelitian Pustaka. Solo: ISI Surakarta.

Arifin, Zainal. (2012). "Buru Babi: Politik Identitas Laki-Laki Minangkabau", Jurnal Humaniora, 1 Pebruari 2012, Hal: 29-36

Bustanuddin Agus. (2007). Agama dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Craib, Ian. (1984).Teori-teori Sosial Modern: Dari Parsons Sampai Habermas, terj. Paul S. Baut dan T. Effendi, Jakarta: Rajawali.

Ediwar. (1999). "Perjalanan Kesenian Indang Dari Surau Ke Seni Pertunjukan Rakyat Minangkabau Di Padang Pariaman Sumatera Barat". Tesis S2. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada.

Graves, Elizabeth E. (2007). Asal-Usul Elite Minangkabau Modern: Respon terhadap Kolonial Belanda Abad XIX/XX, terj. Novi Andri dkk., Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Hansen, Frank, Gro K. Rosvold Berntsen & Anita Salamonsen. (2019). Patient pathways as social drama: a qualitative study of cancer trajectories from the patient's perspective.Informa UK Limited, trading as Taylor & Francis Group.

https://doi.org/10.1080/17482631.2019.1639461

Jamaris, Edwar. (2002). Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Koentjaningrat. (1987). Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI Press.

Mansoer, M. D. Dkk.(1970).Sejarah Minangkabau, Djakarta: Beratara.

Navis, A. A. (1984). Alam Terkembang Jadi Guru Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Grafiti Press.

Pelly, Usman dan Asih Menanti. (1994). Teori-teori Sosial Budaya, Jakarta: Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Pendidikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ruchika. (2016). Rites of Passage. The Sociological Conversance. Sociology: The excitement of finding the familiar becoming Transformed in its Meaning.

Soekanto, Soerjono. (1975).Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers.

Taum, Yoseph Yapi. (2011). Studi Sastra Lisan: Sejarah, Teori, Metode, dan Pendekatan Disertai Contoh Penerapannya. Yogyakarta: Lamalera.

Turner, Victor. (1969). The Ritual Process, Structure and Anti-structure, New York: Cornell University Press.

Winangun, Y. W. Wartajaya. (1990). Masyarakat Bebas Struktur, Liminitas dan Komunitas Menurut Victor Turner, Yogyakarta: Kanisius.

Weber, Max. Economy And Society. (1978). An Outline of Interpretive Sociology. Guenther Roth and Claus Wittich, (ed.). (California: The Regents of University of California, 1978), 399

Yunita Dwi A. dan Indah Widiastuti. (2014). "Kajian Ruang Liminal pada Konsep Teritori Pemukiman Adat Sunda Cigugur melalui Analisis Ritual "Ngajayak" Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014.




DOI: https://doi.org/10.26499/surbet.v16i2.292

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

  Laman Bahasa Ristekdikti Creative Commons License 

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.