Tindak Tutur Kebencian dalam Status Whatsapp

Yunita Suryani, Rika Istianingrum, Idhoofiyatul Fatin

Abstract


Hate speech acts on social media often become criminal law complaints offenses with the aim of obtaining justice. This study uses a qualitative descriptive method that aims to describe hate speech acts on Whatsapp status. The research data comes from the screenshot of the Whatsapp status obtained by the researcher from BAP (News of the Judiciary), the researcher as a linguist witness. The data presented in the BAP according to the chronology or context of the event were analyzed using Searle's speech acts. Based on the analysis, the writer found several kinds of hate speech acts, namely (1) insulting expressive and warning directives; (2) derogatory expressive and directive (giving warning); (3) expressive accusing and assertive (giving statements); (4) assertive accusing, assertive inciting, expressive insulting, and threatening commissive; (5) commissive, challenging, and expressive insulting; (6) expressive contempt and assertive accusing; (7) derogatory expressiveness; (8) assertive accusing, expressive insulting; (9) commissive threats; (10) expressive insulting, assertive admitting, and assertive accusing.


Abstrak

Tindak tutur kebencian dalam media sosial sering menjadi delik aduan hukum pidana dengan tujuan memperoleh keadilan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan bertujuan mendeskripsikan tindak tutur kebencian dalam status Whatsapp. Data penelitian berasal dari tangkapan layar status Whatsapp yang diperoleh peneliti dari BAP (Berita Acara Peradilan) peneliti sebagai ahli bahasa. Data yang disajikan dalam BAP sesuai dengan kronologi atau konteks peristiwa dan dianalisis menggunakan teori tindak tutur Searle (1975). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa tindak tutur kebencian, yaitu (1) ekspresif menghina dan direktif memberi peringatan; (2) ekspresif menghina dan direktif (memberi peringatan); (3) ekspresif menuduh dan asertif (memberikan pernyataan); (4) asertif menuduh, asertif menghasut, ekspresif menghina, dan komisif mengancam; (5) komisif, menantang, dan ekspresif menghina; (6) ekspresif menghina dan asertif menuduh; (7) ekspresif menghina; (8) asertif menuduh, ekspresif menghina; (9) komisif mengancam; (10) ekspresif menghina, asertif mengakui, dan asertif menuduh.

 


Keywords


hate speech act; Whatsapp status; forensic linguistics

Full Text:

PDF

References


Ardiansyah, Y. M. (2022). Tindak Tutur Ilokusi Hate Speech (Ujaran Kebencian) Netizen dalam Kolom Komentar Media Sosial (Instagram dan Tiktok) pada Akun Denise Chariesta. Jurnal Penelitian, Pendidikan, dan Pembelajaran, 17, 1–13.

Claudia, V. S. & B. J. W. (2021). Ujaran Kebencian Warganet pada Akun Instagram BWF (Badminton World Federation): Analisis Linguistik Forensik. Translation and Linguistics (Transling), 1, 1–7.

Creswell, J. W. (2009). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cummings, L. (2007). Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner. (A.S. Ibrahim, Ed., E. Setiawati, Sunoto, dkk, Trans.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Effendy, O. U. (2003). Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Halid, R. (2022). Tindak Tutur Pelaku Pencemaran Nama Baik di Media Sosial Kajian Linguistik Forensik. Kredo: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra, 5, 441–458.

Herlambang, P. & Sulistiyono T. (2020). Peran Pengadilan dalam Prosesi Eksekusi Putusan yang Berkekuatan Hukum Tetap di Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang. Indonesian State Law Review, 3, 39–45.

Hymes, D. H. (1972). The Ethnography of Speaking. In J. Fishman (Ed.), Reading in the Sociology of Language. Paris: Mouton.

McMenamin, G. (2002). Forensic Linguistics: Advances in Forensic Stylistics. London: Routledge.

Mulyawati, K. R. (2021). Kebijakan Hukum Pidana terhadap Tindak Pidana Ujaran Kebencian (Hate Speech) di Media Sosial. Kertha Wicaksana, 15, 138–148. https://doi.org/10.22225/kw.15.2.2021.138-148

Olsson, J. (2008). Forensic Linguistics. New York: Continuum.

Rada, J. E. S. (2020). Analisis Makna dalam Status Whatsapp Mahasiswa IKIP Budi Utomo Malang (Tinjauan Semantik). Peran Bahasa dan Sastra dalam Penguatan Karakter Bangsa, 1–10. Malang: IKIP Budi Utomo Malang.

Robbins, S.P., & Judge, T. (2014). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.

Rustono. (1999). Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: CV IKIP Semarang Press.

Searle, J. R. (1975). Expression and Meaning: Studies in the Theory of Speech Act. Cambridge: Cambridge University Press.

Searle, J. R. (1983). Speech Act: An Essay in the Philosophy of Language. London: Cambridge University Press.

Soesilo, R. (2013). Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar-komentarnya Lengkap Pasal demi Pasal. Bogor: Politeia.

Sukirno. (2021). Analisis Linguistik Forensik terhadap Tindak Tutur yang Berdampak Hukum: Sebuah Kajian sebagai Ahli Bahasa. Senasbasa. Malang: UMM.

Suryani, Y. (2020). Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Ahli Bahasa. Satreskrim Polres.

Suryani, Y. (2021). Linguistik Forensik Ujaran Kebencian terhadap Artis Aurel Hermansyah di Media Sosial Instagram. Jurnal Belajar Bahasa, 6, 107–118. https://doi.org/10.32528/bb.v6i1.4167

Thamrin, Bachari A., & Rusmana E. (2020). Tindak Tutur Kebencian di Media Sosial Berkaitan Delik Hukum Pidana (Kajian Linguistik Forensik). Seminar Internasional Riksa Bahasa XIII, 423–432. Bandung: UPI.

Wiyanto, R. (2012). Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia. Bandung: CV Mandar Maju.

Zaman, S. (2020). Analisis Pragmatik Tindak Tutur dalam Kasus Ujaran Kebencian. Seminar Internasional Riksa Bahasa XIV, 219–226. Bandung: UPI.




DOI: https://doi.org/10.26499/surbet.v17i1.330

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

  Laman Bahasa Ristekdikti Creative Commons License 

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.